Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penjualan Sepeda Naik Tajam, Tanda Bahaya Buat Produsen Motor

Saat ini orang gonta ganti motor sudah bukan karena kebutuhan tapi karena gengsi dan keinginan. Gengsi muncul karena adanya perasaan untuk tampil beda dari lingkungan sekitar. Adapun keinginan atau rasa pengen muncul karena diiming-imingi produsen melalui iklan.

Untuk melariskan penjualan motor, produsen menggempur konsumen dengan iklan bertubi-tubi, tujuanya agar mereka timbul rasa pengen beli. Lalu membeli walau sebenarnya enggak butuh karena yang lama masih bisa dipakai.

Nah sekarang coba bandingin, pernah enggak lihat iklan dari produsen sepeda onthel? Polygon atau Thrill atau United? di TV, di Google atau Radio atau koran?

Enggak pernah kan? tapi lihat penjualan Sepeda onthel seperti Polygon, Thrill dan United terus meroket walau tanpa pernah ngiklan di media apapun. Mungkin ini satu-satunya industri yang tidak punya biaya iklan di TV/Media elektronik tapi penjualan tetap laris manis.

Jejeran sepeda MTB. Foto: Klub Mascot Madiun

Ini karena, sepeda onthel itu yang dijual soal rasa. Saat orang merasakan sekali dua kali dan seterusnya akan merasakan enak lalu merasakan butuh untuk menjaga kesehatan lalu baru kemudian niat untuk upgrade, selain untuk gengsi juga biar makin jauh gowess-nya.

Perubahan gaya hidup setelah Corona.

Setelah pandemi Corona usai. Akan timbul kesadaran untuk hidup sehat. Rasa butuh pada sepeda untuk sehat akan meningkat.

Akibatnya orang akan mikir dua kali untuk membeli motor model baru. Orang yang sudah punya motor dan layak pakai, akan Lebih condong untuk membeli sepeda baru daripada motor baru.

Sepeda MTB yang laris adalah sepeda MTB yang harganya di atas 12Juta. Terutama model Full suspensi. Ini yang jadi kiamat kecil bagi industri motor.

Apalagi fasilitas kredit untuk sepeda juga lebih mudah syaratnya, lebih ringan dp-nya dan lebih ringan bunganya. Alokasi untuk beli atau nyicil motor baru akan dipindah ke beli sepeda baru.

Celakanya, mereka yang pindah keyakinan dari Motor ke Sepeda ini kebanyakan adalah usia muda penikmat gaji pertama, antara 20-25 tahun. Lalu usia mulai tua di atas 40tahu.

Showroom Polygon di Ponorogo diserbu warga selama pandemi Corona

Mereka yang awalnya berencana beli motor untuk bisa bergaya akan jadi realistis soal motor. Motor mah yang penting enggak rewel, serbaguna dan irit sudah cukup.

Adapun Soal gaya, mereka akan punya keinginan untuk “sepeda harus dengan spek bagus, bila perlu punya sepeda lebih dari satu tipe: Punya MTB Hardtail, MTB FullSus, Balap dan Lipat.”

United Kyross enggak pernah ngiklan di TV atau Media apapun, tapi selalu laris manis sampai inden untuk membelinya

Sepeda Lebih awet dan bisa dijual sewaktu-waktu kalau butuh duit.

Selain itu sepeda juga lebih ringan perawatanya dan lebih awet. Harga jual bekasnya juga enggak turun jauh banget dari barunya. Ambil Contoh Polygon Siskiu D7, baru-nya 15 jutaan dijual lagi bisa 13juta. Yang mau beli pun juga banyak.

Bandingkan sama motor, beli baru 15juta dijual bekasnya bisa turun sampai 11juta. Itu pun juga susah jualnya karena yang jual motor bekas juga banyak.

Beda gaya liburan setelah Corona.

Di hari minggu setelah corona pergi, akan ada banyak sepeda motor membonceng sepeda MTB menuju ke sirkuit, gunung atau pantai. Parkir motor lalu gowes sana ke sini. Demikian halnya juga mobil juga banyak yang akan pasang rak gendong di belakang untuk ngajak sepeda liburan.

Bersepeda akan menjadi gaya hidup baru. Pabrik sepeda motor harus mulai waspada. Karena kebutuhan Gengsi bakal banyak diisi oleh Sepeda kelas Premium seharga motor.

Jumlah pesepeda di Scotlandia melonjak tajam semasa Pandemi Coroba.

Kota London akan siapkan jalur khusus pesepeda setelah Corona usai

Penjualan sepeda onthel meningkat tajam di Australia.

Pemkot kota Milan akan mengurangi populasi mobil dan motor setelah pandemi Corona.

Post a Comment for "Penjualan Sepeda Naik Tajam, Tanda Bahaya Buat Produsen Motor"